Jumat, 27 Juli 2012

Jangan marah.. Jangan marah.. Jangan marah..


Memang tidak gampang meredakan emosi, terlebih pada saat menjalankan puasa. Betul??
Saat puasa gini, ada ajaaa yang bikin marah, esmosi, dll. Kalo gak bisa ditahan bisa aja membatalkan puasa.. Padahal puasa itu salah satu bulan yang harusnya dijadikan sebagai wahana memperbaiki diri, mencari pahala sebanyak-banyaknya.. Iya kan? Kalo bahasa Jawanya tuh, eman-eman cuma gara2 masalah sepele bisa menyebabkan puasa kita batal.
So, jangan marah. Karena marah itu..

Efeknya bisa merusak tubuh
Kemarahan itu dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Sebuah studi yang dilakukan John Hopkins University terhadap lebih dari 1000 dokter melaporkan, dokter muda yang cepat memberikan reaksi terhadap stres dengan kemarahan nyatanya punya risiko 5 kali lebih besar terkena serangan jantung daripada koleganya yang lebih kalem walaupun tidak ada sejarah medis dari keluarga mereka yang menderita sakit jantung.
Lalu bagaimana mengatasinya? Mengingat sikap dan tindakan agresi (termasuk marah) sebenarnya reaksi alami terhadap ancaman, harus diingat, marah boleh-boleh saja asal sesuai porsi. Kemarahan berlebihan bisa berbahaya. Menemukan respon yang pas itulah yang penting. Mana yang lebih sehat, mengekspresikan atau menahan kemarahan?

Caranya arahkan ke perilaku konstruktif
Sebagian orang memilih untuk memfokuskan diri pada hal-hal positif daripada memikirkan hal-hal yang memicu amarah. Tujuannya, mengarahkan kembali emosi Anda ke arah perilaku yang lebih konstruktif. Pengarahan kembali bisa menjadi salah satu bentuk penahanan diri.
Kemarahan yang ditahan bisa mengarah pada perbuatan pasif agresif -misalnya keinginan untuk menyingkirkan orang lain secara tidak langsung.
Kalau Anda tergolong orang semacam itu, mengekspresikan kemarahan tampaknya menjadi langkah paling tepat. Kunci keberhasilan mengekspresikan emosi terletak pada sikap asertif. Menjelaskan kebutuhan apa yang harus Anda penuhi tanpa menyakiti orang lain menjadi cara sehat untuk mengatasi kemarahan. Begitu tahu apa yang Anda inginkan, cobalah melakukan introspeksi sebelum memulai suatu tindakan yang baru.

Strategi mengendalikan kemarahan tuhh..
-Relaksasi, bisa membantu meringankan emosi. Coba aja metode berikut:
• Teknik olah nafas, misalnya meditasi
• Berlatih olah tubuh seperti yoga
• Membayangkan pengalaman yang membuat Anda santai, misalnya jalan-jalan di sepanjang pantai
• Mengulangi kalimat "Tenang, tenang" juga bisa membantu

Komunikasi yang lebih baik:
Jika suatu waktu Anda berada dalam diskusi yang sengit, tenangkan diri dan pikirkan apa yang akan Anda ucapkan nantinya. Bisa membantu kalau Anda berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan orang lain. Mendengarkan dengan seksama membantu Anda saat akan memberikan respon yang tepat. Jika melakukannya, bukan tidak mungkin Anda menemukan solusi dari permasalahan yang tengah dibahas.

Humor:
Memberikan pancingan berupa humor kadangkala meredakan emosi yang sudah mulai mendidih. Kalau ada seseorang yang terasa mengganggu Anda, bayangkan saja ia tidak pakai baju! Humor seringkali mengurangi ketegangan yang sudah menyebar di ruangan yang penuh konfrontasi.

Rehat sejenak:
Punya jadwal waktu sendirian bukan saja berharga tapi juga penting. Sedikit saja waktu untuk merenung atau memikirkan kembali bisa membantu Anda mendapatkan perspektif baru. Aktivitas fisik seperti jalan-jalan, menuliskan pemikiran, ngobrol dengan teman atau mendengarkan musik, toh tidak akan mengurangi waktu Anda melakukan aktivitas lainnya.

Perlu diingat, menghadapi kemarahan bisa jadi dianggap rumit bagi sebagian orang. Tetapi kini Anda sudah tahu bagaimana caranya mengendalikan diri kan? 
Inget2 aja hadist ini..
Dari Abu Hurairah Radliyallahu’anhu, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam : berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : jangan menjadi seorang pemarah. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda : janganlah menjadi orang pemarah (HR. Bukhari).

Selamat menunaikan ibadah puasa.. 





_diambil dari berbagai sumber_
:) :) :)

Tidak ada komentar: